Jumat, 07 April 2017

Akibat Mengamalkan Ilmu Tak Berizin

Ini adalah kisah Shohnun dan murid terdekatnya. Dikisahkan Shohnun adalah seorang tabib, ahli pengobatan. Berbagai macam penyakit, mampu ia obati. Mulai dari penyakit sepele, sekelas sakit gigi hingga penyakit organ dalam kelas kakap.

Dari keahliannya itu, banyak orang yang berduyun-duyun, datang kepada tabib Shohnun untuk meminta diobati. Nahas, tak selang berapa lama, Shohnun meninggal dunia.

Akibat Mengamalkan Ilmu Tak Berizin (Sumber Gambar : Nu Online)
Akibat Mengamalkan Ilmu Tak Berizin (Sumber Gambar : Nu Online)


Akibat Mengamalkan Ilmu Tak Berizin

Orang-orang pun kebingungan, akan kemana lagi mereka meminta pertolongan obat. Oh ya, mereka baru tersadar. Ternyata Shohnun memiliki murid terdekat. Ya, akhirnya orang-orang pun, bergegas menghampiri sang murid terdekat. Berharap sang murid mewarisi kehebatan gurunya.

Jalaludin Rumi

Setelah menerima kedatangan orang-orang yang sakit, sang murid pun mengiyakan permintaan mereka dengan begitu enteng dan semangat. Hal itu bukan tanpa sebab.

Ternyata, dahulu kala, semasa shohnun hidup, dalam terapi pengobatannya, shohnun hanya menuliskan huruf hijaiyah nun ( ) dalam cawan. Kemudian huruf nun tersebut ia hapus perlahan dengan air yang ia siramkan. Melalui secawan air hapusan huruf hijaiyah nun itulah, kemudian Shohnun meminumkannya kepada pasien. Dan, Manajur! Berbagai penyakit ia sembuhkan.

Tentunya, sang murid terdekat yang pada masa itu menjadi asistennya, dapat menghafal dengan mudah teknik pengobatan Shohnun. Dan atas dasar itu pula, bermodalkan pengamatan tak berizin, sang murid dengan yakin menerima permintaan pasien mendiang Shohnun untuk mengobati pasien.

Jalaludin Rumi

Satu persatu pasien pun telah ia obati. Masih dengan ritual sama, persis dengan yang dilakukan gurunya dahulu. Menuliskan huruf hijaiyah nun diatas cawan, menghapusnya perlahan dengan air, kemudian meminumkannya kepada pasien. Beres, dijamin manjur, karena tak ada satu pun langkah yang berbeda dari yang dilakukan gurunya. Batin sang murid.

Keesokan harinya, sang murid kaget bukan main. Klinik tabibnya dipenuhi keluarga pasien. Bukan apa, mereka datang berbondong-bondong untuk meminta pertanggung jawaban kepada sang murid. Ya, bukan kesembuhan yang pasien peroleh, malah penyakit semakin parah yang mereka peroleh.

Dengan gugup, sang murid pun meminta maaf. Memohon agar mereka beranjak meninggalkan klinik, untuk sementara waktu menunggu. Agar ia menemukan penyebab obatnya yang malah memperparah penyakit pasien.

Malam harinya, sang murid tertidur. Benar, ia mendapat petunjuk. Dalam mimpinya, ia dapati Hatif, suara tanpa rupa berujar:

Ini adalah (huruf) nun, namun dimanakah Shohnun?

Ia pun terjaga dari tidurnya. Ia pun tersadar, ia merasa bersalah. Betapa ia dengan berani mengamalkan "ilmu ilegal", ilmu tak berizin, ilmu yang hanya ia dapat dari hasil pengamatannya yang hanya seorang murid.

Ia abai terhadap sanad keguruan, ia tak peduli akan mata rantai keilmuan. Ia tak menghiraukan, apakah gurunya ikhlas akan ilmu yang ia curi? Dan, apakah cukup, ilmu yang sebegitu luhur hanya ia pelajari secara cur-curi lewat pengamatan tak berizinnya?

Ia pun tergugu, ia baru sadar, ada satu sisi yang yang terpenting dalam ilmu yaitu keberkahan. Dan sayangnya, keberkahan tak dapat ia peroleh melainkan dengan sanad. Ya, mata rantai keilmuan dari guru yang terpercaya, teruji kealiman serta keikhlasannya.

Maka tak mengherankan jika pasiennya bertambah parah. Adalah sebab keberkahan tak turun kepadanya. Karena sesuai definisi Ahlul Hukama, ulama-ulama ahli ilmu hikmah:

Keberkahan ialah tambahnya kebaikan.

Akhirnya, sang murid pun menyesal, tak sakali-kali lagi ia mengamalkan ilmu ilegal-nya.

Kisah ini memberi pelajaran kepada kita agar memilih guru yang terpercaya. Lebih-lebih dalam urusan agama. Karena jika salah beramal, bisa-bisa malah salah kejadiannya. Jangan hanya berguru pada syaikh google dan ustadz youtube saja. Hati-hati, di dunia maya.

(Ulin Nuha Karim)

Dikisahkan oleh Pengasuh Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo, Grobogan KH Muhammad Shofi Al-Mubarok di sela-sela pengajian kilatan Bulan Rajab.

Dari (Hikmah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/77362/akibat-mengamalkan-ilmu-tak-berizin

Jalaludin Rumi

Minggu, 12 Maret 2017

Gus Dur dan Keadilan Ideologis

Keadilan adalah watak natural manusia, juga watak khas agama Islam. Tulisan ini akan mengulas bagaimana konsep keadilan menurut KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur.

Dalam kumpulan tulisan tokoh-tokoh Islam yang diedit oleh Budhy Munawar Rahman berjudul Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah (Mei: 1994), Gus Dur menulis tentang konsep keadilan menurut Islam. Menurut Gus Dur, konsep keadilan dalam Islam bermula dari Allah sebagai Tuhan Yang Maha Adil. Efek positif lanjutannya, al-Quran sebagai firman Allah juga menjadi sumber pemikiran tentang keadilan.

Apa yang dikatakan Gus Dur jelas kebenarannya. Sistem dan pola hidup adil adalah misi wahyu yang digariskan terhadap para nabi. Dalam surat al-Hadid ayat 57, al-Quran menegaskan bahwa keadilan merupakan sesuatu yang diturunkan bagi para rasul selain kitab suci. Dalam berbagai kitab tafsir ditegaskan bahwa keadilan dituntut al-Quran diterapkan sejak dari sikap batin, ucapan, sampai penyelesaian perselisihan. Alam rayapun, ditegakkan berdasar keadilan. Gus Dur menyebut ada beberapa wawasan keadilan dalam al-Quran sejak Qisth, Hukm sampai Adl sendiri.

Gus Dur dan Keadilan Ideologis (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Dur dan Keadilan Ideologis (Sumber Gambar : Nu Online)


Gus Dur dan Keadilan Ideologis

Gus Dur memaklumi karena begitu vitalnya keadilan sehingga keadilan dijadikan rukun iman oleh beberapa mazhab diluar sunni seperti Syiah dan Muktazilah. Disinilah sikap pluralis Gus Dur terlihat. Gus Dur menghormati eksistensi paham lain berdasar garis pandang vitalnya suatu konsep. Bagi Gus Dur, keadilan merupakan suatu perintah agama bukan hanya acuan etis atau dorongan moral belaka. Satu perintah agama yang netral politik. Dalam sebuah tulisannya di Kompas ketika meletus perang Teluk tahun 1991, Gus Dur menegaskan kritiknya terhadap dua kubu ulama Arab, pembela Saddam maupun pembela Raja Fadh. Gus Dur juga begitu antipati ketika seorang ulama Indonesia kala itu ikut mendudukkan Saddam sebagai bughat (pemberontak) hanya berdasar persepsi minor yang tak jelas.

Selain adl, keadilan juga disebut qisth. Konsep qisth menundukkan arah pada diri pribadi sebelum langkah besar transformasi masyarakat. Al-Quran berkata Hai orang beriman, jadilah kamu penegak keadilan (qisth), menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri (An-Nisa: 135). Secara tersirat ini menunjukkan penerapan keadilan untuk diri sendiri, atau pendidikan adab bagi pribadi sebelum menerapkan keadilan untuk masyarakat luas.

Gus Dur gusar jika keadilan yang sebenarnya murni watak agama menjadi satu keadilan berdasar ideologi tertentu. Bagi Gus Dur, keadilan ideologis memiliki pilar rapuh yang berbahaya karena keadilan ideologis akan membuahkan tirani. Watak keadilan justru akan menjadi sikap subversif apabila ideologi menyertai secara ketat. Di negeri ini, terdapat kelompok yang berjuang atas dasar ideologi keadilan namun justru watak keadilan yang didominasi ideologi cenderung untuk dikotomis, berpikir sepihak berdasar kepada garis anutan ideologinya.

Jalaludin Rumi

Keadilan menurut kelompok keadilan ideologis jatuh dalam lingkup orientasi kontestasi dan pemenangan kekuasaan. Ambil contoh konsep penerapan bernegara ala Ikhwanul Muslimin. Menurut Hasan Al Banna, risalah penegakan daulah Islamiyah dimulai dari tahap islahul afrad (perbaikan diri sendiri), takwinul baitul muslim (membentuk keluarga muslim), takwinul mujtamaul muslimin (membentuk masyarakat muslim), tahrirul wathan (pembebasan tanah air), islahul hukumah (perbaikan pemerintahan) dan terakhir iqamatud daulah (pembentukan negara Islam).

Di banyak negara, strategi ini diterapkan Ikhwanul Muslimin, namun sebagaimana kata Gus Dur pasti ada kelindan tak disangka manakala ideologisasi muncul mendominasi. Pada tahap islahul afrad, upaya penegakan keadilan pada pribadi individual bisa dilakukan. Namun, syahwat politik yang terlalu ambisius untuk menguasai pemerintahan justru akan mengorbankan keadilan sendiri. Sulit dipilah mana keadilan berdasar agama, mana pula berdasar kepentingan politik.

Menurut Gus Dur, keadilan juga berkait dengan kesejahteraan. Yatim piatu, kaum miskin, serta zawil qurba yang membutuhkan pertolongan merupakan pengejewantahan keadilan. Artinya, keadilan harus menjauhi sejauh mungkin korupsi karena korupsi pada dasarnya sejenis kezaliman massal terhadap seluruh rakyat utamanya rakyat kecil. Korupsi menyebabkan pemberdayaan kaum miskin dan anak yatim menjadi terhambat. Unsur transformasi sosial sedikit banyak yang merekatkan keadilan sebagai watak struktural. Hal ini menjelaskan hubungan kerangka keadilan untuk diri pribadi dengan keadilan untuk masyarakat. Artinya, keadilan akan mampu ditegakkan manakala sistem adil hidup mandiri di masyarakat.

Bagi Gus Dur, keadilan memiliki keterbatasan. Pertama, keterbatasan visi keadilan sendiri. Keadilan bisa dianggap selesai manakala keadilan diterapkan, tapi justru dengan melanggar wawasan keadilan. Demi agama islam, seseorang akan merasa absah jika harus merusak aset milik orang lain. Seseorang akan merasa menegakkan keadilan, meski dengan menghancurkan dan merusak. Padahal merusak adalah kegiatan yang bertentangan dengan wawasan keadilan. Atas nama keadilan, suap terpaksa dilakukan justru demi ideologisasi keadilan. Keadilan dan kesejahteraanpun dijual demi demokrasi padahal keadilan justru watak nomokrasi.

Jalaludin Rumi

Menurut Gus Dur, wawasan keadilan juga rentan karena terikat konsep berbalasan (kompensatoris). Demi keadilan ideologis, Islam berupaya diarahkan menjadi daulah justru dengan meminta kompensasi dari masyarakat. Keadilan ideologis terpaksa diperjuangkan dengan mengabaikan nilai agama. Menjelang pemilu, menyuap pemilih terpaksa dilakukan. Ongkos pemilu yang besar memaksa juga terjadinya korupsi. Keadilan dirusak demi kepentingan keadilan yang diideologisasi. Gus Dur pun dulu dijatuhkan oleh kelompok yang menyebut dirirnya pejuang keadilan. Padahal menjatuhkan Gus Dur dari kursi kepresidenan justru merupakan pelanggaran keadilan konstitutif. Hari ini, mengembalikan fitrah keadilan kepada kerangka dasar agama dan bukan ideologi politik terasa penting untuk dilakukan. Kita merindukan keadilan yang obyektif. Bukan keadilan ideologis.

*Alumni Hubungan Internasional FISIP Universitas Jember Pustakawan Buku dan Kitab Kuning

Dari (Opini) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/45413/gus-dur-dan-keadilan-ideologis

Jumat, 17 Februari 2017

LAZISNU Berikan Bantuan Pendidikan Siswa Kurang Mampu

Wonosobo, Jalaludin Rumi. Untuk membantu meringankan beban bagi siswa-siswi miskin yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kabupaten Wonosobo melalui program Nusmart memberikan bantuan kepada lima belas siswa-siswi di sekolah yang berada di Kabupaten Wonosobo.

Menjelang tahun pelajaran baru, dalam program Nusmart kami memberikan bantuan beruapa uang kepada siswa-siswi yang kurang mampu di 15 Kecamatan yang ada di Kabupaten Wonosobo. Bantuan itu sebagai upaya untuk meringankan beban mereka ketika masuk sekolah, terang Arif Alwashim Manager LAZISNU Wonosobo di kantornya, Selasa (23/7) lalu.

LAZISNU Berikan Bantuan Pendidikan Siswa Kurang Mampu (Sumber Gambar : Nu Online)
LAZISNU Berikan Bantuan Pendidikan Siswa Kurang Mampu (Sumber Gambar : Nu Online)


LAZISNU Berikan Bantuan Pendidikan Siswa Kurang Mampu

Agar panyalurannya benar-benar tepat sasaran, bantuan tersebut diberikan tidak kesembarangan siswa. Sebab siswa penerima bantuan mempunyai kriteria tertentu. Kriteria penerima bantuan itu adalah siswa yang kurang mampu dan berprestasi. Karena dua kriteria itu bagi kami sangat penting. Sehingga mereka benar-benar merasakan akan manfaatnya, terangnya.

Jalaludin Rumi

Disebutkan, dari lima belas penerima bantuan dalam program numsart itu dibagi menjadi tiga. Untuk jumlah penerima SD ada lima siswa, Siswa SMP ada 5 siswa, kemudian untuk siswa SMA ada 5 siswa. Pembagian tersebut sudah dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Lazisnu.

Nominal yang diberikan kepada siswa SD Rp. 200ribu, Siswa SMP Rp. 300ribu dan siswa SMA Rp. 400ribu. Jumlah itu sudah disesuaikan dengan kebututuhan siswa jelang masuk sekolah, terangnya.

Sementara itu, Ketua PCNU Kabupaten Wonosobo Arifin Shidiq mengatakan, ptogram nusmart tersebut merupakan layanan beasiswa yang diberikan oleh LAZISNU kepada siswa, santri dan mahasiswa yang tidak mampu. Nusmart itu untuk memaksimalkan bantuan kepada siswa yang kurang mampu di bidang pendidikan.

Jalaludin Rumi

Setidaknya dengan diberi uang santuanan maka dapat membantu membeli perlengkapan buku ketika masuk sekolah. Karena kebutuhan jelang masuk sekolah itu cukup banyak, dan bagi siswa yang kurang mampu sangat membantu, jelasnya.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/46118/lazisnu-berikan-bantuan-pendidikan-siswa-kurang-mampu

Jalaludin Rumi

Senin, 13 Februari 2017

Cara Sholat Dhuha, Lengkap Dengan Niat dan Doanya

Jalaludin Rumi - Tata cara Sholat Dhuha hampir sama dengan sholat sunat lainnya. Syarat dan rukunnya pun sama. Harus bersih dari hadats kecil dengan melakukan wudlu. Yang menjadi perbedaan adalah batas waktu Sholat Dhuha, bacaan niat Sholat Dhuha, surat yang dibaca ketika berdiri dan bacaan doanya. Kita bahas satu-satu yah.

Cara Sholat Dhuha, Lengkap Dengan Niat dan Doanya - Jalaludin Rumi
Cara Sholat Dhuha, Lengkap Dengan Niat dan Doanya - Jalaludin Rumi


Cara Sholat Dhuha, Lengkap Dengan Niat dan Doanya

Niat Sholat Dhuha Niat dilakukan di dalam hati. Namun untuk memudahkan kita menata niat Sholat Duha itu, disunatkan untuk melafalkannya secara lisan. Ini artinya, ketika mengucapkan niat tersebut, harus terdengar oleh telinga kita, tidak harus dilisankan keras-keras hingga terdengar orang lain di samping atau di luar ruangan. Itu terlalu pamer, bukan syiar namanya.

Berikut ini adalah niat Sholat Duha, sebagaimana kami kutip dari kitab-kitab salaf.

اُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى

Cara pengucapan: usholli sunnatad dhuhaa rok'ataini mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta'aala.

Artinya: "Aku niat melakukan shalat sunat dhuha dua rakaat, menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta'ala."

Jika masih belum bisa, silakan download atau dengarkan pengucapan Sholat Dhuha di Souncloud Duta Islam. Klik di bawah ini!

Kalau ingin mengerjakan Sholat Dhuha lebih dari dua rakaat, maka, niat yang Anda lafalkan tetap sama seperti di atas. Mengapa, karena dalam Sholat Dhuha, Anda harus harus menutup dengan salam setiap dua rakaat selesai dikerjakan. Mau target 12 rakaat pun, tiap 2 rakaat, Anda harus salam, lalu mulai niat kembali seperti dilafalkan di atas.

Membaca Surat Pendek Khusus Sholat Dhuha Setelah niat Allahu Akbar (tangan diangkat ke atas seperti sholat fardhu), selanjutnya Anda membaca doa iftitah, al-Fatihah dan juga surat-surat pendek. Pada Sholat Dhuha, surat-surat pendek yang dibaca ada kekhususan tersendiri. Sebaiknya mengikuti yang sudah ada keterangan dari ulama salaf.

Menurut pendapat Imam Jalaluddin As Suyuthi dalam Hawsyil Khothiib, surat pendek yang dibaca setelah membaca surat al-Fatihah dalam Sholat Dhuha adalah surat Asy Syamsi pada rakaat pertama dan surat Ad-Dhuha pada rakaat kedua.

Jika tidak hafal, Anda bisa membaca surat pendek khusus Sholat Dhuha lainnya, yakni Al Kafirun (pada rakaat pertama) dan surat al-Ikhlash (rakaat kedua). Ini mengikuti pendapat Ibnu Hajar dan Imam Ramli.

Jika Anda mengerjakan lebih dari dua rakaat, maka, para ulama menganjurkan untuk membaca surat Asy Syams dan Ad-Dhuha pada dua rakaat pertama, kemudian membaca al-Kafirun dan al-Ikhlash pada rakaat ke-3 dan ke-4 dan seterusnya hingga maksimal 12 rakaat.

Setelah Membaca Surat Pendek Khusus Sholat Dhuha Selanjutnya, lakukan gerakan Sholat Dhuha sebagaimana sholat fardhu (bukan sholat idul fitri dan sholat mayit lo yah...heheh) seperti ruku, i'tidal, sujud, duduk antara dua sujud dan seterusnya sampai membaca tasyahud dan salam.

Doa Setelah Sholat Dhuha Setelah selesai Sholat Dhuha, bacalah doa yang khusus untuk Sholat Dhuha. Hafalkan doanya, resapi maknanya, angan-angan artinya. Insyaallah itu bagian dari cara berdoa untuk melapangkan rizki.

Dalam doa Sholat Dhuha di bawah ini, ada adab yang mengajarkan kepada kita untuk bertawassul dengan Hakikat Waktu Dhuha Allah (bi haqqi dhuhaika), yang diriwayakan dari hadits shahih. Jadi, ketika berdoa usai Sholat Dhuha, artinya Anda sedang melakukan perintah Nabi untuk bertawassul kepada Allah melalui wasilah waktu Dhuha.

Bacalah Doa Sholat Dhuha di bawah ini.

اَللّهُمَّ اِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَائُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللّهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَاءِ فَاَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَاَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسِّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ اَتِنِى مَااَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

ALLAAHUMMA INNADH DHUHAA A DHUHAAUKA, WAL BAHAA A BAHAA UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL 'ISHMATA 'ISHMATUKA. ALLAAHUMA INKAANA RIZQII FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASSARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IIDAN FA QARRIBHU, BIHAQQI DUHAA-IKA WA BAHAA-IKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINII MAA ATAITA ‘IBAADAKASH SHOOLIHIIN.

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi, maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh.”

Jika Anda masih kurang lancar membaca doa Sholat Dhuha di atas, silakan dengarkan pengucapan doa Sholat Dhuha di atas dengan klik audio di Souncloud Duta Islam.

Demikian Cara Sholat Dhuha yang disajikan oleh Redaksi Duta Islam untuk memenuhi beberapa permintaan pembaca tentang tata cara sholat dan bentuk ibadah lainnya. Semoga ini bagian dari amal jariyah kami yang dirodloi Allah. Amin [Jalaludin Rumi]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/09/cara-sholat-dhuha-lengkap-dengan-niat-dan-doanya-bisa-download.html

Gus Sholah Kembali Dirawat di RSUD Jombang

Jombang, Jalaludin Rumi. Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang, KH Salahuddin Wahid harus mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jombang setelah mengalami kelelahan. Adik Presiden RI ke 4 KH Abdurrahman Wahid ini sempat disambangi menteri BUMN Rini Soemarno, Selasa (30/8).

"Tadinya hanya ingin periksa, karena kemarin tiba tiba lemas. Tapi oleh dokter diminta menginap, ya sudah, akhirnya sementara istirahat," tutur Gus Sholah saat disambangi Jalaludin Rumi di ruang VVIP Upaya Waluya RSUD Jombang.

Gus Sholah Kembali Dirawat di RSUD Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Sholah Kembali Dirawat di RSUD Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)


Gus Sholah Kembali Dirawat di RSUD Jombang

Meski terlihat masih berbaring, Gus Sholah mengaku kondisinya kini sudah agak baik dari sebelumnya. Bahkan rencananya akan segera minta untuk pulang. "Doakan besuk sudah bisa pulang, sekarang sudah baikan," imbuhnya.

Jalaludin Rumi

Sudah beberapa kali, putra ragil dari KH Wahid Hasyim ini dirawat di rumah sakit, mengingat kondisi usia dan kesehatannya yang sudah melemah.

Saat menjalani perawatan, Gus Sholah sempat disambangi Menteri BUMN Rini M Sumarno.

Rini yang mengenakan baju putih datang bersama rombongannya setelah sempat mampir di pesantren Tebuireng. Dengan didampingi dokter Mahfudz, dan istri, Gus Sholah menerima sejawatnya itu. "Alhamdulillah kondisi saya sudah membaik. Hanya kecapekan saja," ujar Gus Solah sambil berbaring.

Jalaludin Rumi

Kepada Menteri Rini, Gus Sholah menceritakan, di ruang yang ditempatinya sekarang inilah sempat digunakan presiden Gus Dur saat dirawat sepekan sebelum meninggal. "Disini dulu Gus Dur pernah dirawat, sama yang nangani dokternya," tuturnya.

Sementara itu, Menteri Rini mengaku dirinya sengaja menjenguk Gus Sholah di RSUD Jombang setelah akan mampir di Pesantren Tebuireng untuk ziarah ke makam KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur usai me-launching kartu petani di PG Tjoekir. "Tadinya kepingin mampir di pesantren, namun mendengar beliau dirawat, kita langsung ke sini (RSUD). Alhamdulillah kondisi beliau sudah sehat, kita doakan segera pulih dan bisa beraktifitas kembali memimpin pesantren," ujarnya.

Rini mengaku dekat dengan Gus Sholah sejak lama, di samping sebagai senior dan tokoh NU yang sering diajak bertukar pikiran berbagai persoalan. "Beliau senior, kita sering berdiskusi jika ada persoalan, dan saya dekat sejak lama dengan beliau," pungkasnya. (Muslim Abdurrahman/Mukafi Niam)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/70858/gus-sholah-kembali-dirawat-di-rsud-jombang-

Jalaludin Rumi

Sabtu, 11 Februari 2017

PBNU: Harus Ada Regenerasi Ketum Muslimat

Jakarta, Jalaludin Rumi. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengucapkan selamat kepada Muslimat NU yang bakal menghelat Kongres XVII di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, 23-27 November 2016.

Sebagai forum tertinggi di Muslimat NU, kongres tersebut diharapkan menghasilkan keputusan-keputusan yang bermanfaat baik bagi Muslimat NU sendiri maupun bangsa dan negara. PBNU secara khusus juga mengingatkan agar terjadi regenerasi dalam kepemimpinan Muslimat NU yang selama tiga periode dipimpin Khofifah Indar Parawansa.

PBNU: Harus Ada Regenerasi Ketum Muslimat (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU: Harus Ada Regenerasi Ketum Muslimat (Sumber Gambar : Nu Online)


PBNU: Harus Ada Regenerasi Ketum Muslimat

"Saya menyampaikan bahwa sesuai hasil rapat gabungan syuriyah-tanfidziyah pada 27 Oktober, PBNU mengingatkan Muslimat NU agar kembali kepada Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama Pasal 16 Ayat 3 yang menyatakan bahwa masa khidmah ketua umum pengurus badan otonom adalah dua periode, kecuali ketua umum pengurus badan otonom yang berbasis usia adalah satu periode," ujar Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf.

Gus Yahya, panggilan akrabnya, mengatakan, rapat gabungan syuriyah-tanfidziyah meminta Muslimat NU untuk menegakkan aturan yang berlaku demi kemajuan dan kelangsungan kaderisasi di tubuh badan otonom NU yang beranggotakan kaum ibu ini.

Jalaludin Rumi

"Tanpa mengurangi rasa hormat, (rapat gabungan syuriyah-tanfidziyah) meminta Ibu Khofifah Indar Parawansa, saatnya pada kongres kali ini menyerahkan estafet kepemimpinan kepada kader lain," tambahnya.

PBNU, katanya, sudah menoleransi kepemimpinan Khofifah di Muslimat NU selama tiga periode. Namun, kali ini tidak, sebagai langkah mengantisipasi kemacetan yang lebih lama dalam proses kaderisasi.

Jalaludin Rumi

Imbauan agar ketua umum tak melebihi batas dua kali masa khidmah tersebut juga berlaku untuk sejumlah badan otonom NU lain, khususnya yang tidak bebasis usia, seperti Persatuan Guru NU (Pergunu), Pencak Silat NU Pagar Nusa, Ikatan Sarjana NU (ISNU), Serikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi), dan lainnya. (Mahbib)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/72844/pbnu-harus-ada-regenerasi-ketum-muslimat

Kamis, 02 Februari 2017

Menuju Acara, Kebiasaan Gus Dur di Mobil Adalah Membaca Quran

Jalaludin Rumi - Suatu ketika KH. Zainal Arifin, pengasuh PP. Al-Arifiyyah, Medono, Kota Pekalongan, diminta tolong oleh panitia menjemput KH. Abdurrahman Wachid atau Gus Dur untuk mengisi sebuah acara akbar di kota Pekalongan.

Waktu itu panitia minta didampingi Kyai Zainal untuk menjemput Gus Dur karena sedang mengisi pengajian di Semarang Jawa Tengah. Seusai acara dan ramah tamah dengan para tamu, Gus Dur memutuskan untuk ikut rombongan Kyai Zainal dan panitia ke Kota Pekalongan. Waktu menunjukkan pukul 01.00 atau 02.00 dini hari.

Menuju Acara, Kebiasaan Gus Dur di Mobil Adalah Membaca Quran - Jalaludin Rumi
Menuju Acara, Kebiasaan Gus Dur di Mobil Adalah Membaca Quran - Jalaludin Rumi


Menuju Acara, Kebiasaan Gus Dur di Mobil Adalah Membaca Quran



Menuju Acara, Kebiasaan Gus Dur di Mobil Adalah Membaca Quran - Jalaludin Rumi
Menuju Acara, Kebiasaan Gus Dur di Mobil Adalah Membaca Quran - Jalaludin Rumi


Menuju Acara, Kebiasaan Gus Dur di Mobil Adalah Membaca Quran

Setelah berbincang secukupnya dengan Gus Dur, Kyai Zainal dan panitia mempersilakan Gus Dur istirahat di mobil yang melaju dengan tenang. Jalur pantura pada jam segitu juga sudah lengang.

Kita tahu Gus Dur kondisi fisiknya terbatas, kesehatannya juga mulai menurun, serta jadwal juga padat. Tentu saja sesuai logika normal, aktivitas ini akan menguras tenaga dan pikiran Gus Dur. Tapi, alih-alih istirahat di dalam mobil yang melaju dengan tenang tersebut, Gus Dur malah masih membaca Al Qur'an secara bil ghoib (hapalan tanpa teks).

Justru Kyai Zainal dan panitia yang jelas secara fisik lebih sehat dibanding Gus Dur sudah kecapekan duluan dan hampir terlelap. Mereka kaget mendengar Gus Dur dengan suara yang lamat-lamat mendaras Al Qur'an secara lisan.

Mendengarnya, kontan rasa kantuk Kyai Zainal dan panitia lainnya, hilang. Mereka menyimak hafalan Gus Dur. Tak terasa satu jam lewat, sampailah rombongan itu di Pekalongan. Air mata Kyai Zainal beserta panitia lainnya tumpah ruah.

Ia membayangkan orang yang selama ini sering di salahpahami pelbagai pihak, dicaci maki, dikutuk, dikafirkan, difitnah, dicemooh, dan seterusnya, malam itu dengan kondisi kesehatan yang terbatas dengan kelelahan yang luar biasa ternyata masih menyempatkan membaca Al Qur'an dengan hapalan sampai lima juz lebih!

Inilah salah satu kebiasaan Gus Dur ketika dalam perjalanan. Masyaallah, alih-alih baca Al-Qur'an, kita berdoa saja kadang lupa, malah memilih mendengarkan musik. [Jalaludin Rumi]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/08/menuju-acara-kebiasaan-gus-dur-di-mobil-adalah-membaca-alquran.html

Senin, 16 Januari 2017

Perbedaan Hukum Hormat Bendera Menurut 3 Gembong Wahabi dan Santri

Jalaludin Rumi - Seluruh rakyat Indonesia akan melakukan bid'ah dan syirik besar-besaran dalam rangka menghormati Hari Kemerdekaan RI ke 71. Bahkan para santri banyak yang melaksanakan upacara bendera merah putih di pondok pesantren masing-masing.

Perbedaan Hukum Hormat Bendera Menurut 3 Gembong Wahabi dan Santri - Jalaludin Rumi
Perbedaan Hukum Hormat Bendera Menurut 3 Gembong Wahabi dan Santri - Jalaludin Rumi


Perbedaan Hukum Hormat Bendera Menurut 3 Gembong Wahabi dan Santri

Di kalangan para penggede wahabi sendiri ternyata ada perbedaan pendapat soal hukum menghormat kepada bendera. Masih ada perselisihan di antara mereka. Ada yang membolehkan, menganggapnya bid'ah, bahkan ada yang menyebut syirik. Berikut rinciannya:

1. Syaikh al-Albani: Berdiri di Depan Bendera Merusak Tauhid

السائل : هل مجرد الانتصاب أمام العلم يخل بالتوحيد؟،الجواب: نعم، يخل بالإسلام والشريعة والآداب الإسلامية.. هذا تعظيم أشبه بتعظيم الأصنام ... (الاسئلة الالبانية على الاسئلة الكويتية 1/2)

Penanya: "Apakah sedekar berdiri di depan bendera dapat merusak Tauhid?". Jawab: "Ya, dapat merusak Islam, Syariah dan etika Islam. Sebab mengagungkan seperti ini sama dengan mengagungkan berhala" (Asilah al-Albaniyah 1/2)

2. Syaikh Bin Biz: Hormat Bendera Bid'ah.

ﻣﺎ ﺣﻜﻢ ﺗﺤﻴﺔ اﻟﻌﻠﻢ ﻓﻲ اﻟﺠﻴﺶ ؟ ﺟ: ﻻ ﺗﺠﻮﺯ ﺗﺤﻴﺔ اﻟﻌﻠﻢ، ﺑﻞ ﻫﻲ ﺑﺪﻋﺔ ﻣﺤﺪﺛﺔ (فتاوى اللجنة الدائمة 1/236)

Apa hukum hotmat bendera dalam pasukan? Jawab: "Tidak boleh hormat bendera, bahkan ini bidah yang dibuat-buat (Fatawa Lajnah Daimah 1/236).

3. Syaikh Ibnu Utsaimin: Hormat Bendera Tidak Syirik

الجواب : أما تحية العَلَم فلا نسلِّم أنها شرك تحية العَلَم ليست بشرك هل سجد له ؟ هل ركع له ؟ هل ذبح له ؟ حتى التعظيم بالسلام هل هو شرك ؟ ليس بشرك (شرح العقيدة السفارينية) Jawab: "Hormat bendera tidak kita terima sebagai syirik, bukan syirik. Apakah ia sujud pada bendera? Apakah ia rukuk pada bendera? Apakah ia menyembelih untuk bendera? Hingga ta'dzim dengan salam apakah syirik? Ini bukanlah syirik (Syarah Aqidah Safariniyah). Anda mengikuti pendapat yang mana? [Jalaludin Rumi]

Ma'ruf Khozin, anggota di Aswaja NU Center Jatim

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/08/perbedaan-hukum-hormat-bendera-menurut-3-gembong-wahabi-dan-santri.html

Senin, 09 Januari 2017

Program Tahfidz di Madrasah Cetak Kader Ulama

Yogyakarta, Jalaludin Rumi. Kekhawatiran beberapa pihak akan adanya krisis ulama di masa yang akan datang seiring derasnya arus modernisasi dan globalisasi terjawab sudah. Prakarsa yang dilakukan oleh jajaran Kanwil Kementerian Agama Prov. D.I. Yogyakarta menyelenggarakan program tahfidz di Madrasah guna cetak kader ulama yang mempunyai kapasitas pemahaman Al-Quran secara kaffah patut mendapatkan apresiasi yang setinggi-tingginya.

Hal tersebut disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam kesempatan wisuda tahfidz Madrasah, Kamis (17/12), di GOR Amongrogo, Yogyakarta.

Program Tahfidz di Madrasah Cetak Kader Ulama (Sumber Gambar : Nu Online)
Program Tahfidz di Madrasah Cetak Kader Ulama (Sumber Gambar : Nu Online)


Program Tahfidz di Madrasah Cetak Kader Ulama

Saya sampaikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas program tahfidz di Madrasah. Program ini merupakan jawaban atas kekhawatiran beberapa pihak akan adanya krisis ulama di masa depan, Kata Menag seperti dikutip dari laman kemenag.go.id.

Jalaludin Rumi

Di hadapan ribuan siswa/i Madrasah dan calon wisudawan tahfidz Madrasah, Lukman Hakim Saifuddin beberapa pesan dan harapan, pertama: Al Quran tidak hanya perlu dibaca dan dihafal dengan bacaan yang benar dan lagu yang indah saja, tetapi harus dikaji isi dan kandungannya agar nilai Al-Quran dapat dijadikan landasan dan praktek dalam kehidupan di masyarakat.

Jalaludin Rumi

Kedua, mengajak kepada para huffazh untuk terus mengkampanyekan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Ketiga, sebagai umat Islam harus mempunyai tanggung jawab bersama untuk senantiasa menjaga Al Quran dari kepunahan. Tradisi membaca dan mengkaji Al Quran setelah sholat Magrib yang telah dicontohkan para leluhur harus terus dilestarikan.

Keempat, mengajak kepada seluruh masyarakat Muslim untuk terus menjadikan Al-Quran sebagai pedoman nilai yang dapat membimbing dan melandasi kita dalam langkah dan gerak kita dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kelima, teringat akan nasehat Imam besar umat Islam Imam Syafii untuk menjaga hafalan dengan baik maka kita harus menjauhi perbuatan maksiat.

Turut hadir dalam kesempatan itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Machasin, Direktur Madrasah Direktorat Pendidikan Islam Nur Kholis Setiawan, Kepala Kantor Kementerian Agama Prov. D.I. Yogyakarta Nizar Ali. Red: Mukafi Niam

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/64390/program-tahfidz-di-madrasah-cetak-kader-ulama

Jalaludin Rumi

Kamis, 01 Desember 2016

PMII Bojonegoro Desak Pemkab Fungsikan RSUD Baru

Bojonegoro, Jalaludin Rumi. Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mendesak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) RSUD Sosodoro Djatikoesoemo bertaraf internasional yang baru rampung dibangun di Jalan Veteran, Bojonegoro, segera difungsikan.

Pasalnya, RSUD Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro di Jalan Doktor Wahidin yang sudah lama beroperasi kini memiliki kapasitas terbatas dan kewalahan menampung pasien.

PMII Bojonegoro Desak Pemkab Fungsikan RSUD Baru (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Bojonegoro Desak Pemkab Fungsikan RSUD Baru (Sumber Gambar : Nu Online)


PMII Bojonegoro Desak Pemkab Fungsikan RSUD Baru

Dorongan itu muncul dalam diskusi terbatas di sekretariat PC PMII Bojonegoro, Senin (11/1),

terkait status RSUD Sosodoro Djatikoesoemo yang berada di Jalan Veteran yang masih belum difungsikan. Selain mahasiswa, forum ini juga dihadiri perwakilan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan LSM Gempur.

Jalaludin Rumi

Ketua PC PMII Bojonegoro Ahmad Syahid mengatakan, bangunan yang sudah dibangun sejak tahun 2006 itu sampai saat ini masih terbengkalai. Pihaknya berjanji berada di garda terdepan dalam menyampaikan aspirasinya agar RSUD tersebut difungsikan. Terlebih saat ini bangunan itu telah menghabiskan ratusan miliar rupiah.

Jalaludin Rumi

"Tidak ada alasan yang rasional bila pemfungsian RSUD di Jalan Veteran ditunda lagi, sebab masyarakat sudah membutuhkan itu. Sedangkan RSUD (di Jalan Doktor Wahidin) saat ini sering overload," tutur pria asal Kabupaten Tuban itu.

Kader PMII lain, Khoirudin juga sangat menyayangkan kinerja Pemkab yang lamban mengoptimalkan anggaran. "Padahal DPU sudah menyatakan kalau pembangunan gedung sudah selesai dan siap dipakai. Maka Pemkab harus segera memfungsikan RSUD Sosodoro Djatikoesoemo yang ada di Jalan Veteran. Jangan hanya janji dan omong saja, tapi berilah kami bukti," harapnya.

Sementara itu, perwakilan DPU Kabupaten Bojonegoro, Frika Dedi Sufyan mengaku sependapat dengan PMII terkait segera pemfungsian RSUD di Jalan Veteran. Pihaknya menuturkan, pembangunan fisik RSUD di Jalan Veteran sudah selesai, meskipun kemarin terjadi putus kontrak dengan pihak kontraktor. "Tinggal penuntasan isi alkes (alat kesehatan) dan perlengkapanya," ujarnya.

Sedangkan Direktur LSM Gempur Sunaryo Abu Main meminta agar pembangunan RSUD tersebut bisa ditinjau dari aspek politik dan sosial. Sebab, bangunan ditelantarkan hampir 9 tahun yang berarti penyalahgunaan aset daerah.

"Terima kasih PMII masih peduli kondisi sosial ini. Kami selaku aktivis sosial selalu menyuarakan untuk mengusut dugaan korupsi pembangunan RSUD dan segera pemfungsiannya," ujar Mbah Naryo, sapaan akrabnya. (M. Yazid/Mahbib)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/64930/pmii-bojonegoro-desak-pemkab-fungsikan-rsud-baru

Jalaludin Rumi

Rabu, 02 November 2016

PMII : Mengawasi Pesantren Langkah Yang Tak Tepat

Jakarta, Jalaludin Rumi. Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) menilai kebijakan pemerintah yang akan mengawasi pesantren yang diduga kuat menjadi basis lahirnya gerakan radikalisme sangat tidak tepat. Karena itu, PB PMI menolak langkah pemerintah tersebut.

Demikian disampaikan Ketua Umum PB PMII, Hery Haryanto Azumi kepada wartawan dalam jumpa pers di Caf Venesia Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat, Minggu.

Menurutnya, pengawasan terhadap pesantren justru berpotensi memunculkan dan membangun militansi di kalangan gerakan radikalisme Islam yang ada, mengingat bangunan ideologi radikal akan menjadi common enemy, yaitu pemerintah dengan kebijakan pengawasanya itu.itu tidak tepat. Menurut kami justru akan memunculkan militansi yang besar dari kalangan gerakan radilisme Islam, paparnya.

PMII : Mengawasi Pesantren Langkah Yang Tak Tepat (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII : Mengawasi Pesantren Langkah Yang Tak Tepat (Sumber Gambar : Nu Online)


PMII : Mengawasi Pesantren Langkah Yang Tak Tepat

Hery, sapaan akrab Hery Haryanti Azumi menututurkan, pasca peladakan bom di sejumlah tempat di Bali 1 Oktober lalu, wacana bahwa terorisme adalah bagian dari jihad atas nama agama, kembali menjadi perbincangan publik. Lagi-lagi, umat Islam menjadi sorotan tajam, terutama oleh pihak asing akibat peledakan bom tersebut. Pesantren pun kini mulai dikait-kaitkan.hal ini terjadi mengingat gerakan radikalisme Islam disinyalemen kuat adalah gerakan dibalik aksi pengeboman, ungkapnya.

PMII memang menemukan fakta di lapangan bahwa 3 persen pondok pesantren dari jumlah total sekitar 17 Ribu itu menjadi basis dari gerakan radikalisme Islam dalam bentuk aksi terorisme. Memang ada 3 % persen yang mengajarkan radikalisme, dan 97 persen masih mengajarkan Islam yang universal dan menganut faham Ahlussunnah wal jamaah, jelasnya.

Organisasi berbasis mahasiswa NU sepakat bahwa terorisme di Indonesia harus dikikis habis, karena telah menimbulkan banyak korban. Meski demikian, kebijakan untuk melakukan pengawasan terhadap pesantren dan membatasi gerakan dakwah Islam bukanlah langkah yang tepat, karena mayoritas lembaga pendidikan pesantren bukanlah tempat untuk melakukan propaganda ideologi radikalisme Islam.

Mayoritas pesantren mengajarkan Islam yang moderat dan anti kekerasan. Pesantren yang ada sejak ratusan tahun lalu adalah bagian dari proses untuk menjunjung tinggi nilai-nilai universal agama Islam, tegasnya.

Jalaludin Rumi

Lantas, langkah apa yang paling tepat dilakukan oleh pemerintah? Alumni pondok pesantren Denanyar Jombang ini mengatakan, langkah strategis yang seharusnya dilakukan pemerintah adalah mengefektifkan peran inteljen terhadap pesantren yang disinyalemen menjadi menjadi basis gerakan radikalisme Islam dalam rangka meminimalisasi gerakan terorisme.saya kira peran inteljen saja yang ditingkatkan, jelasnya

Terkait dengan itu, PMII akan berperan serta dalam melawan aksi-aksi terorisme dengan cara membangun dan mengkampanyekan pentingnya life skill terhadap para santri pesantren yang belum terpengaruh oleh gerakan radikalisme Islam. Langkah itu dilakukan untuk menghindari semakin banyaknya pengangguran di Indonesia dan makin banyaknya para santri yang terkena doktrin islam yang radikal.

Santri pesantren yang 97 persen itu diberi pelatihan life skill. Jangan sampai mereka menjadi teroris atau pengangguran, tuturnya.

Jalaludin Rumi

Diundang Dubes AS Jelaskan Terorisme

Dalam kesempatan tersebut, alumni UIN Jakarta ini juga mengatakan bahwa beberapa waktu lalu dirinya dipanggil oleh kedutaan besar Amerika Serikat (AS) untuk diajak membincang masalah terorisme di Indonesia, termasuk soal keterlibatan pesantren. Hery yang pada saat itu didampingi oleh Winarti (salah satu pengurus PB PMII) mengatakan bahwa mayoritas pesantren di Indonesia tidak mengajarkan radikalisme Islam.

Saya diundang kedutaan AS untuk membincangkan masalah terorisme. Saat itu saya bilang, jangan anda melakukan pengawasan terhadap pesantren seperti dikatakan wapres. Itu salah dan sangat tidak tepat, kata Hery.

Kedatang Hery ke kedutaan besar AS di hari Kamis lalu, terima langsung oleh Dubes AS B Lynn Pascoe, wakil menlu AS untuk Urusan Diplomasi Publik dan Hubungan Masyarakat, Karen Hughes dan Dubes Keliling AS, Henry Cramthon.(amh)

Dari (Warta) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/3690/pmii--mengawasi-pesantren-langkah-yang-tak-tepat

Jalaludin Rumi

Jumat, 14 Oktober 2016

NU told to always counter extremist and hardline groups

Surabaya, Jalaludin Rumi. Member of the Nahdlatul Ulama Scholars Association, Abdul Kadir Riyadi greatly appreciated NU for its commitment to deal with extremist and militant groups being capable of threatening the Unitary State of Republic of Indonesia.

"I do appreciate NU for everthing it has so far done especially in countering extremist and hardline groups which have always struggle for an Islamic khilafa in the country," he told Jalaludin Rumi here recently.

NU told to always counter extremist and hardline groups (Sumber Gambar : Nu Online)
NU told to always counter extremist and hardline groups (Sumber Gambar : Nu Online)


NU told to always counter extremist and hardline groups

At this point, the lecturer at Surabayas State Institute for Islamic Studies (IAIN) expected NU to at least continue deploying two approaches to help counter the hardline groups.

Jalaludin Rumi

"Firstly, the organization must campaign against the radical ideology in implementing the Islamic teachings, and secondly it must continue fighting against poverty to narrow the widening socio-economic gap either at home and in the world," he said.

He was of the opinion that the campaign for moderation could be conducted through religious thought and propagation, the acceptance of the Indonesian unitary state, Pancasila state ideology and the continued promotion of pluralism among elite groups and at grass-root levels.

Jalaludin Rumi

Editing by Sudarto Murtaufiq

Dari (National) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/48206/nu-told-to-always-counter-extremist-and-hardline-groups

Gandeng Remaja Masjid, Ranting NU Kadu Gelar Pengajian Aswaja

Tangerang, Jalaludin Rumi. Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama Desa Kadu Kec. Curug Kab. Tangerang bersama Ikatan Remaja Masjid se-Desa Kadu menggelar pengajian Aswaja Nahdlatul Ulama sekaligus buka bersama di Masjid Komplek Pondok Pesantren Baitussaadah.

Junaedi, ketua panitia sekaligus ketua Ikatan Remaja Masjid Baitussaadah (Irmabas) menjelaskan kegiatan ini dilaksanakan untuk menyatukan remaja masjid dalam satu visi dan misi, yaitu menjaga masjid Nahdlatul Ulama. Ia menambahkan, hal ini dilakukan agar masjid-masjid tidak diambil alih oleh orang-orang Wahabi.

Gandeng Remaja Masjid, Ranting NU Kadu Gelar Pengajian Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)
Gandeng Remaja Masjid, Ranting NU Kadu Gelar Pengajian Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)


Gandeng Remaja Masjid, Ranting NU Kadu Gelar Pengajian Aswaja

Arifin, koordinator remaja Masjid Desa Kadu menambahkan, kegiatan ini menjadi ajang ukhuwah nahdliyah kader NU di Tangerang, remaja masjid harus bersatu menyelamatkan masjid-masjid yang menjadi basis NU.

Jalaludin Rumi

Harits Syahrastani, ketua Ranting NU desa Kadu menjelaskan kegiatan ini bertema "Remaja Sebagai Benteng Termuda Aswaja NU".

Dengan kita tahu (anak muda) tentang sejarah NU dan sejarah aswaja akan memperkuat posisi NU, maka tidak ada jalan organisasi transnasional mengambil masjid masjid NU.

Ia menambahkan, pasca Lebaran diagendakan deklarasi generasi muda NU untuk mengawal Pancasila dan UUD 1945.

Jalaludin Rumi

H. Muhamad Qustulani, pembantu bidang akademik STISNU Nusantara yang menjadi narasumber kegiatan tersebut menjelaskan, sejatinya generasi muda harus konsisten menjadi kader muda yang aktif membentengi ajaran Aswaja NU.

Dengan kita tahu sejarah NU dan Ahlussunnah wal Jamaah, bahwa kita yakin ajaran yang diajarkan oleh guru, kiai dan ulama NU adalah kebenaran yang dapat menghantarkan kita kesuksesan duniawi-ukhrowi, katanya. (Quslutani Muhamad/Mukafi Niam)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/60861/gandeng-remaja-masjid-ranting-nu-kadu-gelar-pengajian-aswaja

Jalaludin Rumi

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Jalaludin Rumi sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Jalaludin Rumi. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Jalaludin Rumi dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock