Kamis, 09 Agustus 2012

Masjid Cangkring, Pelepas Lelah para Musafir

Orang sekitar Desa Cangkring Ngrandu Perak Jombang Jawa Timur, tentu tidak asing dengan masjid besar dan megah yang berdiri kokoh di tengah sawah ini. Bagi sebagian sales sejumlah produk dan mereka yang melangsungkan perjalanan melelahkan seharian menuju rumah, beristirahat di masjid ini seakan menambah stamina baru.

Sederet motor dan mobil terparkir rapi. Mereka beristirahat sejenak untuk memulihkan stamina setelah seharian berkeliling. Secara bergiliran, mereka melaksanakan shalat Ashar atau Dhuhur dan dilanjutkan dengan bercengkrama sejenak.

Masjid ini menjadi semacam rest area usai menaklukkan perjalanan yang melelahkan. Lokasinya yang berada di pinggiran jalur utama yang menghubungkan Ngrandu dengan desa sebelah, membuatnya menjadi jujugan. Pemandangan sekitar berupa persawahan dan pepohonan rindang kian memanjakan mereka yang berkenan berhenti sejenak.

Fasilitas masjid yang bisa dinikmati secara gratis kian memanjakan sejumlah orang untuk singgah. Toilet dengan ketersediaan air yang melimpah, demikian juga bangunan masjid yang luas serta bersih juga menjadi alasan mereka mampir.

Masjid Cangkring, Pelepas Lelah para Musafir (Sumber Gambar : Nu Online)
Masjid Cangkring, Pelepas Lelah para Musafir (Sumber Gambar : Nu Online)


Masjid Cangkring, Pelepas Lelah para Musafir

Dan bila waktu menjelang Ashar, para musafir disuguhkan dengan pemandangan anak-anak yang tengah sibuk mengaji. Tidak hanya itu, para ibu yang mengantar turut dalam kegiatan mengaji. Para ibu muda dan mereka yang telah berumur, tidak merasa risih apalagi malu untuk belajar membaca al-Quran, bersaing dengan anak-anak mereka yang masih belia.

Setidaknya, inilah nuansa berbeda dari masjid tengah sawah di wilayah Cangkring Ngrandu ini. Sang pengasuh, Syaifullah Hidayat. LC, MHi dengan tiada henti menyapa dan memperhatikan perkembangan para santrinya dengan penuh kebanggan.

Adalah bapak H Nur Hasan, tokoh masyarakat di desa ini yang merasa prihatin dengan perkembangan masyarakat yang jauh dari nilai agama. Orang boleh banga dan mengklaim Jombang sebagai kota Santri, tandas Gus Syaiful, sapaan kesehariannya. Tapi untuk daerah ini, justru nuansa abangan yang lebih mengemuka, lanjut pria kelahiran Jember tahun 1976.

Jalaludin Rumi

Singkat cerita, H Nur Hasan yang juga penghulu di era tahun 1990-n memasrahkan tanahnya seluas satu hektar untuk dijariyahkan kepada KH Djamaluddin Ahmad yang lebih akrab disapa dengan Kiai Jamal. Sebelum dipasrahkan, itikad baik ini dikonsultasikan kepada guru Kiai Jamal yakni KH Jalil di Tulungagung. Atas saran sang guru, hendaknya di wilayah tersebut dibangun masjid yang lebih besar dari Masjid Muhibbin yang dimiliki Pesantren Tambakberas.

Memboyong Tambakberas

Jalaludin Rumi

Mendapatkan tanah seluas itu tentu membanggakan. Namun tantangan selanjutnya adalah merealisasikan lahan sesuai harapan H Nur Hasan. Dan Kiai Jamal akhirnya membiayai seluruh biaya pembangunan masjid sehinga tahun 2005 bisa berdiri megah seperti sekarang. Berdirinya baitullah seakan membawa pesan bahwa akan ada perhatian dan sejumlah kegiatan bagi warga sekitar khususnya dalam masalah keagamaan yang selama ini jarang mereka terima.

Pertimbangan lain, masjid ini menjadi solusi dari sejumlah masjid setempat yang tidak mampu lagi menampung jamaah, tandas suami dari Ny Zuhrotul Makiyah binti Kiai Jamal ini. Dan kepercayaan tersebut dilanjutkan dengan didirikannya Madrasah Ibtidaiyah Al-Anwar setahun berikutnya. Untuk pembangunan dan pembiayaan operasional madrasah kembali menjadi tangungjawab penuh Kiai Jamal. Bangunan madrasah terletak di selatan kediaman alumnus Fakultas Syariah Al-Ahgaff University Yaman ini yang juga arah selatan masjid.

Kini madrasah mendapatkan kepercayaan masyarakat dan telah berdiri juga Madrasah Tsanawiyah, tandas alumnus Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas. Ya, sejumlah kepercayaan dibayar dengan langkah nyata. Bahkan telah mulai dipikirkan mendirikan asrama dan pesantren bagi para siswa dan warga sekitar yang hendak memperdalam pemahaman dan praktik keagamaan. Mohon doanya, pinta alumnus pasca sarjana Universitas Islam Malang ini.

Yang membedakan madrasah ini dengan sejumlah sekolah dan madrasah di daerah sekitar adalah berusaha mempertahankan ciri khas Pesantren Tambakberas. Yang kental adalah adanya penulisan arab pego, tandas putra pasangan H Mohammad Subtoni-Hj Munjidah ini. Dengan demikian, para siswa akan mengenal huruf hijaiyah secara baik serta mampu menuliskan dengan benar. Produk Tambakberas lain yang diboyong adalah hafalan kosa kata bahasa Arab, pelajaran tajwid dan sejenisnya. Dengan demikian ciri Tambakberas juga ada di madrasah kami, kata ayah tiga anak ini.

Dengan sejumlah kelebihan yang dimiliki, diharapkan akan lahir para siswa dan santri yang memiliki pemahaman keagamaan kuat dengan diramu kemampuan dalam menerima ilmu baru demi khidmat kepada masyarakat.

Ya. Tantangan jaman semakin berat. Jalan terbaik adalah membekali generasi muda dan masyarakat dengan pemahaman keagamaan sebagaimana diwarisi salafus shalih. Tidak ada salahnya belajar ke kampung Cangkring. (Saifullah)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/49536/masjid-cangkring-pelepas-lelah-para-musafir

Syekh Jalaludin Rumi adalah seorang Sufi dan pemikir hebat, kami adalah pecinta Syech Jalaluddin Ar-Rumy..


EmoticonEmoticon

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Jalaludin Rumi sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Jalaludin Rumi. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Jalaludin Rumi dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock