Jalaludin Rumi - Mungkin mereka bertanya "Jika Asya'iroh adalah ahlussunnah, lalu orang sebelum Asya'iroh itu di mana?". Muslimin sebelah menjawab pertanyaan ini bahwa penyebutan ahlus sunnah hanya kepada pengikut madzhab Asy'ary adalah politik belaka. Mereka pun akhirnya menyimpulkan bahwa mengikuti orang sebelum Imam Asy'ari (tentu dengan penafsiran nafsunya) adalah jalan yang lebih selamat. Duh.
Jawaban atas pertanyaan itu sebetulnya sudah diungkapkan oleh Syaih Anas Asyurofawi di Naskah Mu'tamar Chech-Nya. beliau pernah menjadi dosen STAI Imam Syafi' Cianjur tahun 2011-2013. Ini naskah aslinya, di bawahnya ada tarjamahnya.
Penjelasan Tentang Madzhab Orang Islam yang Hidup Sebelum Imam Asyari - Jalaludin Rumi |
Penjelasan Tentang Madzhab Orang Islam yang Hidup Sebelum Imam Asyari
أين هم أهل السنة قبل أبي الحسن الأشعري؟الجواب من بحث الأستاذ أنس الشرفاوي حفظه الله تعالى: [لا يقال: وأين هم أهل السنة قبل أبي الحسن الأشعري شيخ المذهب؛ لأن المقصود من الأشعرية أنها منهجٌ في الدفاع والحفاظ على عقائد السلف، ونفْيِ ما داخَلَها من زيغ وبدع، وهذا غير متصوَّر بوجود حضرة النبيِّ صلى الله عليه وسلم كما لا يخفى، وكذلك فهو نادرٌ جداً في عصر أصحابه وهم متكاثرون ومتناصرون، وإنما هو متصوَّرٌ مع يسيرِ غلبةٍ لغير أهل السنة؛ لعوارض سياسية أو مصلحية دنيوية، أو غيبوبة وبُعدٍ عن نهج السداد وغلبة أهل الباطل، وكان هذا جلياً بعد القرون الثلاثة الفاضلة، وهو لا يعني أبداً عدمَ ظهور بدعٍ وضلالات فيها، بل إن رؤوس المبتدعين لأكبر الفرق الإسلامية المنحرفة قد وقعت ضمن هذه القرون، ولكنَّها لما فشَتْ كلمتُها.. دعَتِ الحاجة للردِّ عليها بلغتها.
وهنا يجب التمييز بين المتابعة والموافقة، فالأشاعرةُ بعد أبي الحسن الأشعري إلى اليوم متابعون له ومناضلون عن طريقه، ومن قبل أبي الحسن الأشعري موافقون له، ففرق بين الموافقة والمتابعة.
قال الإمام ابن السبكي: (قال الشيخ الإمام – يعني: والده تقي الدين - فيما يحكيه لنا: ولقد وقفت لبعض المعتزلة على كتاب سماه: «طبقات المعتزلة»، وافتتح بذكر عبد الله بن مسعود رضي الله عنه ظناً منه أنه - برأه الله – منهم على عقيدتهم، قال: وهذا نهاية في التعصب؛ فإنما ينسب إلى المرء من مشى على منواله.
قلت أنا للشيخ الإمام: ولو تمَّ هذا لهم.. لكان للأشاعرة أن يعدُّوا أبا بكر وعمر رضي الله عنهما في جملتهم؛ لأنهم عن عقيدتهما وعقيدة غيرهما من الصحابة فيما يدعون يناضلون، وإياها ينصرون، وعلى حماها يحومون؛ فتبسَّم وقال: أتباعُ المرء من دان بمذهبه وقال بقوله على سبيل المتابعة والاقتفاء الذي هو أخصُّ من الموافقة؛ فبين المتابعة والموافقة بونٌ عظيم) انظر «طبقات الشافعية الكبرى» (3/365).]
Di mana Ahlus sunnah sebelum Abu al-Hasan al-Asy'ari?
Jawaban dari Syaih Anas Assyrofawi-semoga Allah menjaganya-:
Jangan katakan di mana Ahlussunnah sebelum Abu al-Hasan al-Asy'ari, Sheikh Madzhab, karena yang dimaksud-kan dari paham Asy'ariyah adalah suatu manhaj (Metode) atau pola pemahaman untuk membela dan melestarikan Ediologi Ulama' Salaf, membantah penyimpangan dan ajaran sesat yang menyusupinya.
Tentu hal ini tidak dirasakan atau tergambarkan pada saat adanya Nabi SAW, sebagaimana diketahui. Serta sangat langka bila terjadi di era para sahabat, karena mereka saling memperbanyak dan saling menolong, namun tergambarkan sedikit dominasi terhadap selain Ahlussunnah disebabkan faktor-faktor politik, kepentingan dunia atau ketiadaan, dan sebab (di masa para sahanat) jauh sekali dari cara yang tidak benar dan dominasi pemahaman sesat.
Dan ini (politik, kepentingan dunia, dan ketiadaan) terbukti tampak jelas setelah tiga abad. Tidak berarti dimasa para sahabat tidak ada bid'a-bid'ah (akidah) dan aliran sesat kemudian. Bahkan para pemimpin bid'ah dari sekte Islam terbesar itu lahir di abad itu. Akan tetapi, pada saat aliran sesat itu menyebar luas, dibutuhkan untuk menanggapi mereka dengan bahasa (cara) mereka sendiri.
Dari sini kita harus membedakan antara kata "mengikuti" dan "mencocoki". Jadi orang-orang setelah Abu al-Hasan al-Asy'ari sampai hari ini itu di sebut dengan "mutaba'ah (mengikuti)", sedang orang-orang (di tiga abad) sebelum Abu al-Hasan al-Asy'ari, yang mencocoki dengan dia, disebut dengan "muwafaqoh (mencocoki/bersesuai)". Maka, bedakanlah antara "mencocoki" dan "mengikuti".
Imam Ibnu Sabki mengatakan: (Sheikh Al Imam -ayahnya Taqi al-Din-, bercerita kepada saya: saya telah mengkaji sebagian Mu'tazilah pada buku yang berjudul Thobaqot Al Mu'tazilah, dia mengawali (kitab-Nya) dengan menyebutkan Abdullah bin Mas'ud r.a, seraya mengira bahwa ia -Allah membebaskan dia- adalah bagian dari akidah mereka. Ia (ayah) berkata: ini adalah puncak dari fanatisme, sebab seseorang itu dikaitkan dengan salah satu (akidah) orng lain bila dia menapaki jalan orang itu.
Saya berkata kepada Sheikh Al Imam: andai hal ini telah sempurna bagi mereka maka bagi Asya'iroh sangat pantas menghitung Abu Bakar dan Umar sebagai bagian dari mereka (Asya'iroh), sebab mereka dari akidah mereka berdua dan akidah para sahabat dalam sesuatu yang mereka klaim telah menguatkannya, menolong, dan melindungi akidah mereka.
Ayah-Nya tersenyum dan mengatakan: seorang pengikut itu dekat dengan pandangan yang diikuti, berkata sebagaimana ia katakan, dan bersesuai, yang mana lebih sepesifik daripada sekedar mencocoki (muwaafaqoh). Maka jelaslah perbedaan yang sangat besar antara maksud dari kata "mutaaba'ah dan muwaafaqoh". Lihatlah Muthobaqoh Syafi'iyah Al Kubro (3/365). [Jalaludin Rumi]
Kesimpulan:
Sebelum Asya'ri dikatakan muwafaqoh atau sesuai dengan paham Asy'ari.
Setelah Asy'ari dikatakan mutaaba'ah atau mengikuti paham Asy'ari yang kemudian di sebut Asya'iroh. Sebelum dan sesudah Asy'ari adalah ahlussunnah. Tolok ukur akidah ahlussunnah sebelum Asy'ari adalah kesesuaiannya dengan paham Asy'ari, sedang setelah Asy'ari adalah yang mengikuti paham Asy'ari.
Paham Asy'ari dalam akidah adalah mengcover paham ahlul hadist yang memilih tafwidh (ta'wil ijmali), ta'wil tafshili tanpa ta'thil, dan paham ahli tashawwuf yang benar.
Dari : http://www.dutaislam.com/2016/09/penjelasan-tentang-madzhab-orang-islam-yang-hidup-sebelum-imam-asyari.html
EmoticonEmoticon