Rabu, 10 Juli 2013

Dari Pesantren, Revolusi Sepakbola Dimulai

Jalaludin Rumi - Dari Pesantren untuk Timnas Indonesia yang lebih baik, ya kalimat itu mungkin terlalu mengada-ada tapi ini menjadi mungkin ketika kita benar-benar meyakinininya seperti halnya sebuah doa. Ketika yakin dengan doa yang kita panjatkan, maka Allah akan mengabulkan doa kita.

Liga Santri di Jateng sudah mulai menggeliat. Ratusan pesantren ikut ambil bagian dalam ajang Liga Santri Nusantara 2016. Selama dua bulan bergelut mengurusi liga santri ini, ada harapan besar dipundak para Santri mendatang akan mengambil bagian kostum Timnas Garuda Muda. Begitu bangganya kita melihat mereka bisa berlaga di ajang sepakbola nasional dan international.

Dari Pesantren, Revolusi Sepakbola Dimulai - Jalaludin Rumi
Dari Pesantren, Revolusi Sepakbola Dimulai - Jalaludin Rumi


Dari Pesantren, Revolusi Sepakbola Dimulai

Mimpi itu semakin di depan mata ketika melihat semangat para santri berlatih sepakbola, meski tanpa sepatu dan kaos kaki. Mereka memiliki impian untuk menjadi pemain profesional seperti Bambang Pamungkas misalnya. Kegembiraan santri menendang bola terpancar sebuah harapan dari kaki merekalah nantie kejayaan sepakbola Indonesia itu berkibar.

Sepekan setelah lebaran kemarin ketika para santri kembali ke pesantren, langsung merumput. Bukan ngarit cari rumput, tapi ini benar-benar merumput, main sepakbola tanpa sepatu tanpa kostum. Ya begitu memang alamiyah tak takut ada paku atau pecahan kaca di lapangan, langsung tancap gas menendang bola.

Jalaludin Rumi

Tanpa sepatu, ada saja keajaiban yang datang. Mereka akhirnya bisa bersepatu, berkaos kaki dan pakai kaos tim. Itulah keadilan Tuhan yang sesungguhnya ada kemurahan bagi mereka yang bersabar.

Misalnya saja API Tegalrejo FC, awalnya nyeker (tanpa sepatu), akhirnya mereka jadi keren pakai kostum sepakbola lengkap. Tak tanggung-tanggung, tim ini diampu pelatih senior berlabel bayak prestasi nasional dan international, namanya Edi Prayitno, biasa disapa Coach EP, mantan pelatih PPLP Salatiga Diklat Salatiga yang menjuarai liga antar PPLP se Indonosia dua kali berturut-turut. Dia juga membawa Timnas Pelajar Kemenpora meraih juara 2 di tingkat Asia.

Ini sebuah kegilaan pada bola, bukan lagi sebuah rutinitas agenda Liga Santri yang sudah bergulir 2015 dan 2016. Manajer tim nya adalah M Yusuf Chudlory, kyai muda yang gila bola, CEO PPSM Magelang, klub profesional yang merumput di Divisi Utama. Gus Yusuflah yang berani memegang tim PPSM ketika tidak lagi dibiyayai APBD (revolusi sepakbola). Dari 80 santri API itu, disaring lagi menjadi 20 pemain yang memiliki talenta bola di atas rata-rata menurut pilihan Coach EP.

Jika memang di Magelang kiyainya asli gila bola, apakah di pesantren lain juga demikian? Mereka semangat dan antusias ternyata. Misalnya saja di Pesantren Khozainatul Ulum, pengelola timnya Gus Zaki Muharror yang memiliki semangat luar biasa. Ketika Panpel Liga Santri sowan ke sana, dia menceritakan kegembiraannya menyambut liga ini.

Hampir semua peserta LSN ini menyambut positif liga, semua larut dalam kegembiraan bersepakbola. [Jalaludin Rumi]

Sholahuddin Al-Ahmadi, Ketua Panpel Liga Santri Reg 2 Jateng

(Sampai artikel ini diturunkan terdapat 27 club yang bersedia untuk mengikuti LSN zona Jateng region 2; semoga tak ada yang gugur dipertengahan jalan hingga kick off berlangsung)

Oleh Sholahuddin Al-Ahmadi

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/08/dari-pesantren-revolusi-sepakbola-dimulai.html

Syekh Jalaludin Rumi adalah seorang Sufi dan pemikir hebat, kami adalah pecinta Syech Jalaluddin Ar-Rumy..


EmoticonEmoticon

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Jalaludin Rumi sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Jalaludin Rumi. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Jalaludin Rumi dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock