Minggu, 10 Juli 2005

Berpikir Ala Ulama Ahlusunnah wal Jamaah

Dewasa ini kelompok-kelompok baru dalam Islam khususnya di Indonesia banyak bermunculan. Beragam bentuk dan aksi ditampilkan sehingga menambah deretan panjang firqah-firqah Islam yang sudah ada. Umat pun menjadi berpetak-petak, begitulah pemandangan yang dapat kita lihat. Diantara beberapa kelompok, ada yang berlebihan dalam meyakini jalan yang dibina oleh kelompoknya, sehingga cenderung mengkafirkan kelompok lain yang tidak sepaham dengannya. Seolah kalau bukan kelompoknya bukan kawan. Kawan hanya dalam kelompoknya. Beberapa kelompok itu biasanya selalu bersikukuh mempertahankan pendapatnya sendiri walaupun pendapatnya itu keliru.

Tiap-tiap kelompok sebenarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mencari kebenaran dalam hidup beragama. Hanya saja metode berpikir mereka yang salah. Hal inilah yang mengakibatkan mereka meleset dari makna kebenaran agama dan cenderung tersesat dan menyesatkan. Mereka terlalu mengandalkan rasionya dan dangkal dalam menafsirkan suatu Al-Quran dan Hadits.

Berpikir Ala Ulama Ahlusunnah wal Jamaah (Sumber Gambar : Nu Online)
Berpikir Ala Ulama Ahlusunnah wal Jamaah (Sumber Gambar : Nu Online)


Berpikir Ala Ulama Ahlusunnah wal Jamaah

Keadaan yang seperti ini ternyata membuat ulama Nahdlatul Ulama (NU) risau dan gelisah. Paham yang sudah dibina mulai dari puluhan tahun yang lalu, kini selalu disalahkan oleh kelompok yang tidak sepaham dengan NU. Warganya terus digoda dan dirayu supaya mengikuti paham kelompok-kelompok itu. Para ulama NU terus dirundung kekhawatiran. Sayang bagi warga NU kalau mengikuti jejak mereka itu.

Dan, akhirnya dari kekhawatiran, gelisahan, dan kerisauan itu, Nur Hidayat Muhammad tergerak untuk melawan dan membantengi warga NU dengan menerbitkan buku yang berjudul Siapakah Pengikut Salafus Shaleh? (Memahami Pola Keberagaman NU, Salafi Wahabi, HTI, MTA, dan LDII). Buku itu berisi perlawanan atas pernyataan kelompok-kelompok itu yang cenderung menyalahkan cara atau metode NU dalam beragama.

Jalaludin Rumi

Misalnya tentang taqlid dan ittiba. Salafi Wahabi menyatakan bahwa taqlid adalah sesuatu yang tercela, sedangkan ittiba adalah sesuatu yang terpuji. Namun pernyataan ini dijawab oleh Nur Hidayat Muhammad dalam bukunya itu, pertama secara mayoritas ulama ushul tidak pernah membedakan antara taqlid dan ittiba. Kedua dalam Al-Quran terdapat ayat yang memuji ittiba dan mencela ittiba. Yang mencela ittiba terdapat dalam surah Al-Baqarah: 166-167. Adapun yang memuji ittiba terdapat dalam surah Yusuf: 108.

Jalaludin Rumi

Dari ayat-ayat itu mempertegas bahwa ittiba tidak hanya hanya berlaku perilaku yang terpuji saja, tetapi perilaku buruk dan tercela juga kadang disebut ittiba. (hal 57-58) Intinya, pernyataan Salafi Wahabi yang membedakan kedua istilah tersebut, dipertanyakan dalil-dalilnya dalam buku yang ditulis oleh pengurus forum ustadz dalam wadah Forum Komunikasi Islam (FKI) di wilayah Solo itu.

Secara bahasa, buku itu mudah dimengerti oleh setiap kalangan masyarakat. Membacanya mudah menemukan titik-titik kontroversial antara Ahlusunnah wal Jamah dan kelompok-kelompok, meminjam bahasa Nur Hidayat, sempalan, seperti Salafi Wahabi dan saudara-saudaranya, MTA, LDII, dan Tarbiyyah.

Bidah yang menuai pemahaman yang kontroversial dikalangan ulama juga ada di dalam buku itu. Buku itu menjelaskan tentang bidah menurut pandangan ulama Ahlusunnah wal Jamaah dan pandangan kelompok lain itu. (hal 29-38)

Lain dari pada itu, buku yang setebal 159 halaman itu menyajikan bagaimana metode pemikiran ulama Ahlusunnah wal Jamaah dalam menyikapi setiap dinamika kehidupan yang seirama dengan agama. Kita diajak kembali bagaimana berpikir seperti ulama Ahlusunnah wal Jamaah yang tidak mengandalkan nafsu dan jauh dari kepentingan apapun dalam setiap memutuskan suatu problematika hukum dan menafsirkan suatu ayat dan Hadits.

Dengan kehadiran buku itu sebenarnya bagi mereka yang cenderung melihat pendapatnya sendiri yang paling benar seolah pendapatnya orang lain salah, perlu kerendahan hatinya ditingkatkan untuk menerima kehadirannya. Buku itu jangan diibaratkan simbol teriakan permusuhan. Buatlah buku itu untuk mengintrospeksi diri dan Anggaplah buku itu petunjuk untuk memulai langkah ke jalan yang benar. Walhasil, buku itu sangat baik dibaca oleh siapa saja. Wallahu alam.

Data Buku

Judul : Siapakah Pengikut Salafus Shaleh? (Memahami Pola Keberagaman NU, Salafi Wahabi, HTI, MTA, dan LDII)

Penulis : Nur Hidayat Muhammad

Penerbit : Muara Progresif Surabaya

Cetakan : I, Mei 2014

Tebal : xvi + 159 hal. 14,5 x 21 cm

Peresensi : Moh. Sardiyono, pelajar alumni PP. Nasyiatul Mutaallimin Gapura Sumenep Madura dan Mahasiswa di UIN Sunan Ampel Surabaya

Dari (Pustaka) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/55790/berpikir-ala-ulama-ahlusunnah-wal-jamarsquoah

Jalaludin Rumi

Syekh Jalaludin Rumi adalah seorang Sufi dan pemikir hebat, kami adalah pecinta Syech Jalaluddin Ar-Rumy..

This Is The Oldest Page


EmoticonEmoticon

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Jalaludin Rumi sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Jalaludin Rumi. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Jalaludin Rumi dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock