Jalaludin Rumi - Salah satu cara kaum dhu'afa-ul 'uqul wal 'ulum, orang yang lemah akal dan ilmu, adalah selalu menyakiti orang yang lebih baik dengan ucapan-ucapan yang mengkritisi bentuk fisik ataupun sikap yang dirasa tak berpihak padanya--tanpa peduli jika ternyata sikap tersebut adalah untuk kebaikan semua orang.
Mereka sangat jauh dari sikap mau mudah menerima kebenaran, ataupun melawan dalil dengan dalil. Yang mereka lakukan hanya melawan pemikiran dengan celaan dan cibiran. Melawan dalil dengan kritik fisik dan sikap. Kebenaran di depan mata tak dianggap sebagai apapun.
Kaum Lemah Akal dan Lemah Ilmu: Melawan Pemikiran dengan Celaan dan Cibiran - Jalaludin Rumi |
Kaum Lemah Akal dan Lemah Ilmu: Melawan Pemikiran dengan Celaan dan Cibiran
Dan selalu saja, mereka yang mendapat perlakuan seperti ini, hanya mengedepankan sifat sabar, tak membalas dengan perlakuan yang sama, dan jika menjawab, hanya menjawab seadanya, seperlunya. Tak ada alasan yang tepat untuk menghabiskan energi melawan orang seperti itu, bukan? Apalagi kepribadian orang-orang tersebut selalu ingin melawan dan menolak ajakan atau pemikiran yang mereka ajukan.Kaum Lemah Akal dan Lemah Ilmu: Melawan Pemikiran dengan Celaan dan Cibiran - Jalaludin Rumi |
Kaum Lemah Akal dan Lemah Ilmu: Melawan Pemikiran dengan Celaan dan Cibiran
Sifat ini terwarisi dari sikap Bani Israil kepada Nabi Musa, ketika mereka selalu mengolok Nabi Musa dan mengkritik tanpa fakta, dan kita sebagai muslim, dilarang Allah untuk meniru sikap tersebut--kecuali jika kalau sebagian orang ternyata sama-sama dhu'afa-ul 'uqul dan 'ulum seperti Bani Israil, "ya ayyuhalladzina aamanu la takuunuu kalladziina aadzau Musa fabarra-ahullahu mimma qaaluu; wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian (meniru) seperti orang-orang yang selalu mengganggu Musa, lantas Allah pun membersihkannya dari ucapan-ucapan tuduhan mereka."Jalaludin Rumi
Selalu saja cara terbaik mereka adalah mencibir, dan cara terbaik menghadapinya adalah dengan bersabar, hingga Allah sendirilah yang membela. Dan itu adalah salah satu sifat terhormat, "wakaana 'indallahi wajihan; dan ia (Musa) adalah orang yang memiliki kedudukan terhormat (di sisi Allah)."Dan agar tak menjadi seperti mereka, Allah pun memerintahkan kita untuk selalu mengatur cara kita bicara, "ya ayyuhalladzina aamanu-ttaqullaha wa quuluu qaulan sadidan; wahai orang yang beriman, bertakwalah dan berkatalah dengan perkataan yang benar."
Menurut al Imam Alqurthubi, qaulan sadidan mencakup semua kebaikan, termasuk pula penafsiran al Imam Ibn Katsir, bahwa qaulan sadidan adalah perkataan yang lurus, tanpa cela dan rubah, selaras dengan penafsiran Ibn Abbas dan muridnya, Mujahid, bahwa qaulan sadidan adalah perkataan yang benar.
Nah, kita tahu bukan, perbedaan 'perkataan benar' dan sekadar 'mencibir tanpa fakta'?
Bukan hanya memerintahkan, tapi Allah pun memberitahu akibat jika kita melakukan hal tersebut, "yushlih lakum a'malakum wa yaghfir lakum dzunubakum; maka Allah akan memperbaiki amalan kalian dan memaafkan dosa kalian."
Dan inilah ajaran Islam, yang selalu dicontohkan oleh Rasulullah dalam kepribadian dan kehidupannya. Karena itulah Allah pun memfirmankan, "waman yuthi'illaha wa Rasulahu faqad faaza fauzan 'adziman; dan siapapun yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah memperoleh kemenangan yang besar."
Nah. Siap berhenti mencibir orang yang tak kita sukai? Siap untuk tidak menjadi golongan orang lemah akal dan ilmu? Jika siap, maka mulailah untuk meniti bagaimana ajaran Rasulullah dan bagaimana beliau memberikan kita teladan. Dan salah satunya dari kepribadian beliau, "laisa fahisyan wala mutafahhisyan; bukan seorang yang berkata buruk, atau berusaha berkata buruk." Wallahu a'lam. [Jalaludin Rumi]
Dari : http://www.dutaislam.com/2017/01/kaum-lemah-akal-dan-lemah-ilmu-melawan-melawan-pemikiran-dengan-celaan-dan-cibiran.html
EmoticonEmoticon